Minggu, 20 April 2014

Laporan Observasi Sekolah


Anggota            : Dedy Qalbu Hadi (131301011)
Ririn Hapsari (111301103)
Nurul Nia Aqsari (131301071)
Marsella Aritonang (131301091)
Tugas                 : Laporan Observasi Sekolah
Mata Kuliah      : Psikologi Pendidikan
“LAPORAN HASIL OBSERVASI”
A.   DESKRIPSI  SEKOLAH
a.       Nama sekolah                  : SD Negeri 060922
b.      Alamat sekolah               : Jalan Kuningan Kel. Tanjung Rejo Kec. Medan Sunggal
c.       Uang sekolah                  :  Free (gratis)
d.      Jumlah Kelas                   : 12 Kelas (pagi dan siang)
e.       Jumlah  Murid                 : 429 Orang
·         Islam                         : 324 Orang
·         Kristen (protestan)    : 105 Orang
f.       Jumlah Guru                    :  17 Orang
·         Kepala Sekolah        :  Marsunyi S.Pd
·         Guru Kelas               : 12 Orang (3 Honor)
·         Guru B. Inggris        :  1 Orang (Honor)
·         Guru SBK                : 1 Orang (Honor)
·         Guru Agama Islam   : 1 Orang (Honor)
·         Guru Agama Kristen: 1 Orang (Honor)
B.  URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
      Hari/Tanggal Observasi            : Jumat / 28 Maret 2014
      Waktu Pelaksanaan                  : 10.00 – 11.30 WIB
      Kelas yang di Observasi           : Kelas V-B
      Pembagian Tugas
      Semua anggota kelompok masuk ke kelas dan duduk di sudut kanan dan kiri belakang
ü  Dokumentasi                : Dedy Qalbu Hadi (131301011)
 Ririn Hapsari (111301103)
ü  Wawancara                   : Nurul Nia Aqsari (131301071)
Marsela Aritonang (131301091)
Fannisa Fitri Eliza (131301099)     
C.   HASIL OBSERVASI
       I.            PENDAHULUAN
Setiap sekolah memiliki ciri khas, karakteristik, dan kebutuhan yang berbeda-beda. Sekolah tidak hanya sebagai pelaksana program-program sekolah, akan tetapi mereka merupakan pihak utama yang harus diberdayakan dalam pengambilan keputusan, dan pengelolaan secara mandiri, karena sekolah paling tahu permasalahan dan kebutuhannya sendiri. Namun, di balik semua itu, muncul sebuah pernyatan yang mengatakan bahwa masih banyak terdapat beberapa sekolah, dimana mereka belum menerapkan mutu pendidikan yang layak terhadap murid-muridnya. Meskipun pemerintah telah memberikan beberapa fasilitas, namun hal ini masih belum juga dapat mengubah dengan sepenuhnya sistem pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah tersebut. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian di berbagai pihak, maka dari itulah, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara melakukan reformasi pendidikan yakni mengubah sistem pembelajaran yang ada di sekolah tersebut, khususnya metode pengajaran yang diterapkan untuk murid-muridnya.
    II.            LANDASAN TEORI
1.      Teori belajar
Pembelajaran (learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berfikir, ynag diperoleh melalui pengalaman. Cakupan pembelajaran itu sendiri sangatlah luas. Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. Pembelajaran dapat berlangsung di sekolah dan di mana saja di seputar dunia anak.
Terdapat dua pandangan pendekatan tentang pembelajaran, diantaranya pendekatan kognitif dan behavioral. Namun di dalam pengamatan ini kami lebih memfokuskan kepada pendekatan behavioral.
Behaviorisme sendiri dapat diartikan sebagai pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Proses mental itu sendiri dapat diartikan sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain. Pengondisian operan merupakan salah satu bagian dari pandangan behavioral ini. Pengondisian operan (instrumental) merupakan sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulang. Tokoh yang mengemukakan pandangan ini adalah B.F Skinner dan E.L. Thorndike.
Ø Hukum efek Thorndike, menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Hal ini diperkuat dengan eksperimen Thorndike, dimana dia menggunakan kucing sebagai bahan pengamatannya yang dimasukkan di dalam sebuah kotak yang tertutup dan meletakkan sebuah ikan di luar kotak tersebut. Hal ini hampir sama dengan yang dilakukan Ivan Pavlov saat melakukan eksperimennya.
Ø  Pengondisian Operan Skinner, dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku akan terjadi. Konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat berupa penguatan atau hukuman. Penguatan (imbalan) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sedangkan hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Didalam penguatan tersebut terdapat juga 2 penguatan yakni: penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Sedangkan penguatan negatif  merupakan frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan.
2.      Orientasi Belajar
Orientasi belajar adalah cara yang dilakukan pengajar dan murid untuk mencapai tujuan instruksional dalam satuan instruksional tertentu. Terdapat 2 orientasi belajar, yaitu:
a.       Teacher Centered Learning (TCL) yakni berorientasi pada konten, dimana guru yang menjadi pusat dalam pembelajaran
b.      Student Centered Learning (SCL), yakni berorientasi pada pembelajaran, dimana murid berperan aktif dalam pembelajaran
3.      Motivasi Belajar
Motivasi merupakan kekuatan atau gerak dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang muncul karena memenuhi kebutuhannya. Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah dan kegigihan prilaku. Artinya, prilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula, terdapat 4 perspektif, yaitu : Behavioral, humanistis, kognitif dan sosial.
a.       Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid
b.      Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka.
c.       Perspektif kognitif menekankan bahwa pemikiran muridlah yang akan memandu motivasi mereka sendiri.
d.      Perspektif sosial menekankan kepada kebutuhan afiliasi atau keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan kepada orang lain secara aman.
Bentuk motivasi ada dua yaitu : Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi ssuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri), sedangkan Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk medapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan), motivasi ini sering juga dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti punishment dan reward.
4.      Manajemen kelas
Manajemen kelas merupakan bagian integral dari pengajaran efektif yang mencegah masalah perilaku melalui perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang lebih baik, pemberian materi pelajaran yang lebih baik dan interaksi guru-siswa yang lebih baik. Manajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan, yaitu: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
Terdapat pula gaya penataan kelas standar yang paling mendukung aktivitas tertentu (seluruh kelas, kelompok kecil, tugas individual, dan lain-lain), yaitu : gaya auditorium (semua murid menghadap guru), gaya tatap muka (murid saling menghadap), gaya off-set (sejumlah murid biasanya tiga atau empat duduk di bangku tapi tidak berhadapan langsung satu sama lain), gaya seminar (10 atau lebih murid duduk disusun berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U), gaya klaster (4-8 murid bekerja dalam kelompok kecil).
 III.            LAPORAN OBSERVASI
Adapun  observasi yang kami lakukan yang berkaitan dengan landasan teori yang telah kami kemukakan sebelumnya adalah:
1.      Teori belajar
Teori belajar yang di gunakan didalam  kelas yang di observasi ini menggunakan teori belajar behavioral, dimana siswa belajar dengan menggunakan reinforcement. Didalam kelas, guru akan memberikan nilai tambah dengan murid yang dapat mengumpulkan tugas paling cepat.
2.      Orientasi Belajar
Orientasi belajar yang dilakukan pada kelas yang diobservasi mengarah pada Student Centered Learning. Hal ini terlihat dari hasil observasi, pada pelajaran PKn, dimana guru hanya memberikan tugas untuk siswa yang ada di kelas. Sehingga siswa dapat mencari informasi yang ada di buku, tidak hanya mengandalkan apa yang di berikan oleh guru.
3.      Motivasi Belajar
Motivasi murid untuk belajar tidak lagi sepenuhnya karena ingin memahami materi yang dipelajari. Kebanyakan murid belajar keras hanya dengan tujuan bisa menyelesaikan ujian. Motivasi belajar murid cenderung sejalan dengan teori behavioral. Dimana murid belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan kemudian mendapatkan penghargaan.
4.      Manajemen Kelas
Manajemen di dalam kelas tersebut cukup baik. Kelas dipimpin oleh seorang ketua kelas yang bernama Dedek Irwansyah. Meskipun terdapat beberapa kekurangan seperti ruang kelas yang kurang bersih dan fasilitas yang seadanya. Penataan kelas menggunakan gaya penataan auditorium. Berikut gambaran mengenai kondisi kelas V-B yang di kami observasi:
 
Di dalam kelas terdiri dari 32 orang murid. Adapun perlengkapan kelas yang tersedia, yakni:
ü  1 buah Meja guru                                           
ü  Papan tulis hitam dan putih
ü  Lemari (2 buah)
ü  Sapu (4 buah)
ü  Poster pahlawan
ü  Poster hewan, tumbuhan, bangun ruang dan istilah matematika
ü  Foto presiden dan wakil presiden
ü  Peta Indonesia
ü  Meja murid (40 buah)
ü  Kursi murid (40 buah)
IV.          JADWAL PELAKSANAAN
Jumat, 28 Maret 2014, pukul 10.00 sampai 11.30 WIB.
  V.          URAIAN WAKTU OBSERVASI
Jam
Kegiatan yang dilakukan saat observasi
10.00
Guru datang
10.03
Guru membuka kelas dengan menanyakan tugas yang sudah diberikan pada jam sebelumnya.
10.04
Murid mengerjakan tugas yang diberikan guru¹
10.30
Guru keluar²
10.54
Guru mengajak guru lain masuk ke kelas dan mengobrol dengan guru tersebut
11.04
Kelompok memberikan reward kepada murid dengan memberikan kuis kepada mereka
11.30
Kelas selesai
Catatan:
¹guru tidak memperdulikan kegiatan murid di kelasnya
²suasana kelas tidak kondusif
 VI.            KESIMPULAN
Berdasarkan observasi kemarin, dapat kami simpulkan, bahwa:
1.      Kelas yang diobservasi tidak merupakan proses pembelajaran yang baik.
2.      Pembelajaran behavioral akan berjalan dengan baik jika feedback (penguatan positif) dari guru baik
VII.            EVALUASI
Sekolah harusnya lebih ketat dalam menerapkan sistem atau metode pembelajaran yang akan diberikan kepada muridnya. Khususnya kepada para gurunya. Melakukan pengawasan yang ketat akan menimbulkan pengajaran dan pembelajaran yang lebih  kondusif. Para guru di tuntut untuk lebih peduli saat melakukan proses belajar-mengajar di dalam kelas dan mengesampingkan kepentingan pribadi. Mengajak para murid untuk lebih aktif di dalam kelas. Hal ini tentu akan membawa pengaruh yang baik di dalam  proses belajar-mengajar tersebut. Salah satunya adalah dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam diri murid-muridnya.
D.    TESTIMONI
2.      Menurut Pribadi
  •   Dedy Qalbu Hadi (13-011):

·      Guru sibuk dengan kegiatannya di depan membuat murid merasa tidak diperdulikan. Oleh karena itu, pembelajaran kurang efektif. Murid yang mengejar reward dari guru hanya sedikit, yaitu, nilai tambah apabila murid mengumpulkan tugas dengan cepat.
·      Observasi dilakukan dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan kelompok
  •  Ririn Hapsari (11-103)

·      Pembelajaran yang ada di kelas tidak efektif karena guru tidak memperdulikan murid
·      Suasana kelas tidak kondusif disaat guru keluar. Para murid saling mengganggu murid lainnya dan terjadi keributan sebentar.
·      Kelas kurang bersih karena terlihat sampah dimana-mana 
  • Nurul Nia Aqsari (13-071)

·         Kesan pertama melihat kelas yang diobservasi adalah ruang kelas yang tidak tertata rapi dan kotor. Ketika kami masuk dan memperkenalkan diri, murid menyambut kami dengan antusias.
·         Namun, ketika guru masuk, tidak terjadi interaksi antara guru dan murid. Guru sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak memperhatikan murid
  • Marsela Aritonang (13-091)

·         Ini adalah pengalaman pertama saya melakukan observasi ke sekolah. Pihak sekolah yang kami kunjungi sangat terbuka, sehingga proses observasi yang kami lakukan tidak terlalu sulit. Menurut saya sisiten belajar SCL sangat baik diterapkan untuk siswa, tetapi penerapannya untuk anak SD masih belum berjalan lancar sebagaimana tujuannya.
  •   Fannisa Fitri

·         Sekolah yang diobservasi memiliki lingkungan yang kurang bersih, kurang adanya perhatian dari orang yang berada di sekitar sekolah
·         Makanan di kantin kurang sehat, ruangan kelas tidak memenuhi standard (atap bocor)
·         Guru dalam mengajar terkesan cuek
·         Walaupun murid aktif, tetapi murid berisik yang membuat suasana kelas tidak tenang